Home » » 13 Langkah Wajib dalam Optimasi Wordpress

13 Langkah Wajib dalam Optimasi Wordpress

Unknown | 10:05 PM | 5comments
Top Rank bukanlah sebuah kemujuran, bahkan wajib dari usaha keras. Ada hal-hal dasar yang perlu diperhatikan. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai bagaimana mengoptimasi blog WordPress anda agar berada dalam performa maksimal—baik dalam akses front-end maupun backend.
.
Sebagian besar tips berikut diambil dari rekomendasi best practices oleh para WordPress & CSS gurus—diantaranya Jeff Starr dan Chris Coyier (keduanya adalah penulis buku Digging Into WordPress), jadi metode-metode berikut bisa diterapkan secara umum.



1. Chache



Menyimpan versi statis blog yang bisa diakses. Plugin ini mengurangi kerja database walaupun masih menggunakan PHP engine untuk menjalankannya.

1.2. WP Super Cache

Menghasilkan versi HTML statis dari halaman blog, mengurangi kebutuhan eksekusi script PHP dan database.

1.3. DB Cache

Melakukan proses caching pada query database, bukan output HTML.

1.4. Batcache

Menggunakan sistem memcached untuk menyimpan dan menampilkan halaman—berbeda dengan plugin caching berbasis file statis.

1.5. Hyper Cache

Plugin ini memungkinkan mesin WordPress untuk memeriksa cache HTML dan menampilkannya sebelum koneksi database dibentuk, query dieksekusi, dan operasi-operasi lain dijalankan saat blog diakses.

1.6. AskApache Crazy Cache

Dapat dijalankan dengan WP-Cache, WP Super Cache, atau Hyper Cache untuk men-cache blog seluruhnya.

1.7. WP Cache Inspect

Menampilkan informasi konten yang ter-cache beserta opsi manajemennya.
Berdasarkan pengalaman saya, plugin-plugin tersebut kadang menimbulkan masalah tersendiri, seperti frozen page sampai terhapusnya database. Jadi sebaiknya siapkan backup database dulu sebelum memakainya, dan pastikan jangan mencoba mengombinasikan bermacam-macam plugin caching tersebut.

2. Kompresi Output

Teknik kompresi file cukup ampuh menghemat bandwidth dan mempercepat akses. Konten yang terkompres berukuran lebih kecil saat diunduh sebelum di-uncompress lagi oleh browser. Ada beberapa metode kompresi file ?

2.1. GZip

Metode ini bisa dilakukan pada server Apache, dengan menambahkan baris berikut pada berkas .htaccess ?


1 php_value output_handler "ob_gzhandler"
Sumber: Sunaryo Hadi
Plugin WP Super Cache telah menyediakan fungsi gzip, untuk kompresi CSS dan JavaScript untuk meningkatkan kecepatan dan mengurangi penggunaan bandwidth.

2.2. Deflate

Server Apache versi baru memungkinkan perintah mod_deflate dijalankan dengan baris berikut pada file .htaccess ?


01 <IfModule mod_deflate.c>


02 # DEFLATE by type - html, text, css, xml


03 AddOutputFilterByType DEFLATE text/html text/plain text/css text/xml


04



05 # DEFLATE by type - javascript


06 AddOutputFilterByType DEFLATE application/x-javascript application/javascript text/javascript text/x-js text/x-javascript


07



08 # DEFLATE by extension


09 AddOutputFilter DEFLATE js css htm html xml


10



11 # Drop problematic browsers


12 BrowserMatch ^Mozilla/4 gzip-only-text/html


13 BrowserMatch ^Mozilla/4\.0[678] no-gzip


14 BrowserMatch \bMSI[E] !no-gzip !gzip-only-text/html


15 </IfModule>
Informasi selengkapnya bisa dibaca di G-Loaded Journal, beer planet, Brightscape Blog, dan WordPress Codex.

2.3. File compression via PHP

Pilihan lain teknik kompresi gzip adalah melalui kode PHP pada core file WordPress. Caranya dengan menambahkan baris berikut pada bagian atas index.php ?


1 <?php


2 ob_start('ob_gzhandler');


3 /**


4 * Front to the WordPress application. This file doesn't do anything, but loads


5 * wp-blog-header.php which does and tells WordPress to load the theme.


6 *


7 * @package WordPress


8 */


9 [...]
Perlu diketahui bahwa kode tersebut akan selalu ter-overwrite setiap kali update WordPress. Alternatifnya dengan meletakkannya pada template, yang bisa dibaca selengkapnya di blog Rismaka.

2.4. Kompresi via plugin

Kompresi file mudah dilakukan dengan plugin. WP Minify mampu mengurangi HTTP request dengan mengombinasikan beberapa file JavaScript menjadi satu file dengan ukuran lebih kecil. PHP Speedy secara otomatis meminimalisir jumlah request dengan menggabungkan beberapa file dan mengompresnya.

3. Optimasi CSS dan JavaScript

3.1. Optimasi CSS

Ada banyak aplikasi online untuk melakukan kompresi CSS. CSS Compressor dari CSS Drive adalah favorit saya. CSS Optimiser relatif mudah digunakan walaupun opsi kompresinya tidak selengkap CSS Compressor. Alternatif lain adalah Styleneat.

3.2. Optimasi JavaScript

Jika JavaScript perlu ditambahkan di template, sebaiknya gunakan file JavaScript yang telah terkompres. Ada banyak tools kompresi JavaScript populer: YUI Compressor Online, Dean Edward’s Packer, JSMin.

3.3. Minimalkan HTTP request

Setiap satu file yang ter-download, itu berarti satu HTTP request dijalankan. Semakin banyak HTTP request bisa memperlambat akses, maka sebaiknya minimalkan jumlah HTTP request dengan mengkombinasikan beberapa file menjadi satu.

3.4. Menyertakan CSS di bagian header

Walaupun ini tidak terkait optimasi secara langsung, tetapi aturan ini banyak direkomendasikan supaya halaman web tampil sempurna dulu dengan CSS.

3.5. Menyertakan JavaScript di bagian footer

Karena beberapa JavaScript tidak bersifat asinkron, maka browser akan memblok halaman dulu sebelum JavaScript ter-download dengan sempurna (berbeda dengan CSS). Hal ini cukup menganggu apabila file JS berukuran ratusan KB, halaman akan lama ditampilkan. Saran yang paling umum adalah dengan menyertakan JS sebelum tag </head>.

3.6. Gunakan skrip eksternal

Pisahkan inline code (JavaScript) menjadi file tersendiri, karena memungkinkan browser menyimpan cache file tersebut sehingga tidak perlu di-download langsung pada setiap halaman web.

4. Optimasi Gambar

4.1. CSS Sprite

Prinsipnya dengan menggabungkan dua atau lebih gambar menjadi satu, dan mengatur positioning masing-masing bagian gambar dengan CSS. Contoh implementasinya pernah saya tulis pada tutorial membuat dynamic highlighting menu. CSS sprite banyak digunakan untuk membuat rollover effect pada tautan.
Layanan SpriteMe bermanfaat untuk mengombinasikan beberapa image menjadi CSS sprite. Selain itu, plugin WordPress yang memanfaatkan cara ini adalah cSprites.

4.2. Progressive image-loading

Dengan plugin jQuery Lazy Load, gambar-gambar dalam sebuah halaman akan ditampilkan secara gradual. Jadi setiap gambar diluar viewport browser hanya ditampilkan ketika dibutuhkan—saat user melakukan scrolling ke bawah.

4.3. Image compression

Tool optimasi gambar seperti PunyPNG dan Smush It membantu mengurangi ukuran file JPG, GIF, dan PNG tanpa mengurangi kualitas gambar.

5. Content Delivery Network (CDN)

CDN adalah jaringan komputer yang bekerja sama mengantarkan konten berupa gambar dan file statis sehingga mengurangi beban server utama. Mungkin layanan ini hanya cocok untuk blog dengan traffic sangat tinggi, karena semua layanan CDN seperti NetDNA dan BitGravity merupakan layanan berbayar.

6. Perawatan & Optimasi Database

6.1. Memperbaiki dan mengoptimasi tabel database

Tabel database sangat vital bagi web dinamis, karena dari sinilah data diambil oleh server untuk meng-generate halaman web. Kerusakan tabel seperti overhead—walaupun bukan masalah yang serius—bisa mengakibatkan blog semakin lambat diakses. Tabel overhead perlu diperbaiki dan kemudian dioptimasi, salah satunya dengan memakai phpMyAdmin.

6.2. Menghapus sisa tabel plugin

Setiap plugin yang dihapus kadang menyisakan tabel yang tidak berguna lagi di database. Tabel seperti itu perlu dihapus untuk mengurangi jumlah tabel dalam database utama blog.

6.3. Menghapus post revisions

Secara default WordPress akan menyimpan revisi postingan yang diedit. Hal ini lama kelamaan akan memperbesar database. Menghapus semua post revision dilakukan dengan menjalankan perintah berikut pada SQL ?


1 DELETE a,b,c FROM wp_posts a LEFT JOIN wp_term_relationships b ON (a.ID = b.object_id) LEFT JOIN wp_postmeta c ON (a.ID = c.post_id) WHERE a.post_type = 'revision'
Men-disable-kan fitur ini bisa dilakukan dengan menginstal plugin Disable Revisions and Autosave.

7. Expire/cache control headers

File statis seperti CSS, JavaScript, dan gambar tidak perlu diunduh secara terus menerus. Jika expiration date diatur selama sebulan, maka refresh terhadap file-file tersebut hanya dilakukan sebulan sekali—dengan kata lain cache akan tersimpan selama sebulan.
Cache-control headers diterapkan dengan menambahkan baris berikut pada .htaccess ?


1 # EXPIRATION HEADERS FOR IMAGES


2 # note: 2592000 seconds = 1 month


3 ExpiresActive On


4 ExpiresByType image/gif A2592000


5 ExpiresByType image/png A2592000


6 ExpiresByType image/jpg A2592000


7 ExpiresByType image/tif A2592000


8 ExpiresByType image/ico A2592000

8. Hotlink Protection

Metode ini untuk mencegah pencurian bandwidth yang dilakukan oleh situs lain terhadap file-file statis (biasanya gambar). Walaupun tidak mempengaruhi performa blog kita secara langsung, tetapi tindakan seperti itu akan mempengaruhi kerja server yang menyimpan file-file tersebut. Hotlink protection diimplementasikan menggunakan .htaccess ?


1 # HOTLINK PROTECTION


2 <IfModule mod_rewrite.c>


3 RewriteEngine on


4 RewriteCond %{HTTP_REFERER} !^$


5 RewriteCond %{REQUEST_FILENAME} -f


6 RewriteCond %{REQUEST_FILENAME} \.(gif|jpe?g?|png)$ [NC]


7 RewriteCond %{HTTP_REFERER} !^https?://([^.]+\.)?domain\. [NC]


8 RewriteRule \.(gif|jpe?g?|png)$ - [F,NC,L]


9 </ifModule>

9. Conditional Tags

Plugin yang memuat JavaScript tersendiri, seperti cForms, punya pilihan untuk menyertakan file JavaScript tersebut pada halaman tertentu (misal halaman Contact), sehingga pemakaiannya lebih efektif dan efisien tanpa memperlambat akses halaman lain seperti homepage (yang tidak menampilkan form kontak). Namun, tidak semua plugin punya kapabilitas seperti itu. Solusinya dengan memanfaatkan Conditional Tags untuk menyertakan file pada halaman tertentu saja.
Mungkin cara ini terlihat terlalu teknis dan rumit, karena harus mengedit file plugin yang dipakai. Informasi lengkap bisa dibaca di blog Justin Tadlock, White Shadow, dan Coen Jacobs.

10. Minimalkan plugin

Beberapa plugin aktif ter-load saat login ke dashboard, jadi selain memberatkan front-end juga memberatkan backend (halaman admnistrasi). Setiap plugin akan memakan memori server, dan pemakaian yang berlebihan malah akan menimbulkan fatal error.

11. Ping list

Ping list 


Pilih dan masukkan pinging service secara bijak, karena semakin banyak ping akan menambah beban server dan memperlambat posting artikel.
Update: Daftar pinging service yang direkomendasikan dan up-to-date bisa disalin dari Vladimir’s WordPress Ping List, WordPress Pinglist, dan Update Services – WordPress Codex 

12. Google Gears ?

Google Gears 


Gunakan Google Gears untuk mempercepat akses dashboard. Tool ini berfungsi menyimpan file statis secara lokal di dalam PC sehingga lebih cepat diakses.

13. Monitoring ?

Gunakan aplikasi monitoring seperti Yahoo! YSlow atau Google Page Speed. Tool tersebut mampu menganalisis dan memberi rekomendasi penting untuk mempercepat blog kita. Plugin WP System Health cukup berguna untuk memonitor penggunaan memori server dan database WordPress.
Share lewat: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
5 comments:
cimunk_pure said...

install begitu banyak plugin untuk optimasi bukannya malah jadi nambah berat masbro? tp thanx udah share..:)

Auriga Mualana Khasan said...

maka itu, pakailah yang penting-penting saja sesuai dengan kebutuhan :)

andi cytomedical.com said...

thanks gan,, ane cobain dulu moga berhasil n lam kenal

Andalanku.Com said...

Aduh gelap gan, g bisa baca ane jadinya :(

aurigamaulana said...

kenapa? apa tulisannya tidak bisa terbaca?

KOTAK KOMENTAR

 
Support : Tips Membuat Blog
Copyright © 2011. Akses Ilmu - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger